Haruskah Ku Melawan Dunia?


 
Bagaikan lirik sebuah lagu...
Kita adalah hati yang tertindas. Kitalah langkah yang berhenti berjalan. Kitalah mimpi yang tak terwujudkan....

Adalah kisah yang pernah terjadi diantara kita. Berawal dari belasan tahun lalu, kemudian redup kemudian mucul kembali, kemudian redup, muncul lagi, dan terakhir... terang tidak, redup tidak, mati pun tidak. Walau bisa jadi ini hanya terjadi di duniaku, tidak pada duniamu.

Apa yang aku telah lakukan belakangan, bagimu telah cukup bahkan lebih untuk menebus dosa-dosaku padamu dimasa lalu. Namun tetap saja itu tidak akan cukup mengembalikan semua pada posisi dimana dulu kita adalah yang paling segalanya. Sempat memang ada harap. Harap yang kusimpan cukup lama, namun tak pernah juga aku tawarkan, karena aku tau sekarang semua telah berubah dan berbeda.

Apakah layak orang yang pernah pergi, justru menunggu kembali? Sementara yang seharusnya dia tunggu tak lagi berjalan lurus mengarah padanya. Ia yang sangat ingin ditunggu olehku adalah hal yang tak boleh aku tunggu. Bukan karena dosa masa lalu. Tapi ini adalah takdir yang telah terjadi. Tak mungkin aku melawannya. Tak mungkin aku melawan kenyataan. Tak mungkin aku melawan dunia.

Tak mudah... Jika ada kata yang lebih mewakili betapa sulitnya, aku akan gunakan kata itu untuk menggambarkan, bagaimana susahnya lepas dari semua ini. Aku berada pada titik terbodoh saat berharap semua khayalan indahku akan ini dapat terwujud begitu saja. Lagi-lagi ini duniaku dan itu duniamu. Dunia kita kini berbeda, walau tetap saja ada kesempatan dan kemungkinan diantaranya.

Aku kini terpojok pada sudut ciptaanku sendiri. Merana dalam duniaku yang harusnya telah aku tinggalkan dan memasuki dunia baru yang harusnya bisa aku ciptakan, aku genggam tanpa ada bayang-bayangmu. Haruskan akhirnya aku melepaskan diri? Rasanya bukan dunia tapi diriku sendirilah yang harus aku lawan.

Mungkin ini akhir dari perjalanan panjang itu. Kini tak perlu lagi persimpangan untuk beralih atau mengganti arah. Namun tetap saja pikiran itu menggangguku. Haruskah ku melawan dunia demi kebahagiaan yang selalu ada dalam khayalku? Atau aku berdamai dengannya dan melupakan segala hal tentangmu yang dapat menghalangi langkahku. Dan bukan malah melupakan dirimu...***

Comments