Saya dan Merah Putih di Bukit Scotter Dieng |
Hari ini, Kamis 17 Agustus 2017, Indonesia telah genap 72 tahun merdeka. Gegap gempita perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, menggema dari kota hingga pelosok desa. Di Jakarta, ibukota Indonesia, tepatnya di Istana Merdeka dilaksakan Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi. Upacara dilaksanakan pada pagi hari sekitar pukul 10 dan pada sore hari, sekitar pukul 5. Upacara pada pagi hari adalah pengibaran Sang Merah Putih dan upacara sore hari adalah penurunan Sang Merah Putih.
Pengibaran dan Penurunan Sang Merah Putih ini merupakan salah satu momen paling utama yang selalu dinanti setiap tahun. Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka yang bertugaslah alasannya. Mereka ini adalah puta putri terbaik bangsa, yang masih duduk dibangku SMA, dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia. Sejak beberapa tahun lalu, bendera yang mereka kibarkan adalah duplikat dari bendera pusaka, karena bendera pusaka (bendera yang asli jahitan Ibu Fatmawati) sudah terlalu lapuk untuk dikibarkan. Namun ini tidak mengurangi "sakral" dan nilai dari bendera itu sendiri dan upacaranya.
Dan saat mereka usai melaksakan tugas, dan berjalan keluar dari arena upacara, serta merta akan diiringi dengan teput tangan hadirin yang sangat ramai. Ini selalu terjadi setiap tahun. Tentu mereka sangat senang, bangga, haru, berhasil menjalankan tugas yang sangat luar biasa. Momen tersebut tentu menjadi momen yang sangat emosional bagi mereka. Maka tak jarang kita melihat mereka meneteskan air mata seusai melaksanakan tugas dan saling berpelukan. Jangankan mereka, saya yang melihat mereka di layar kaca pun kadang berkaca-kaca melihatnya. Betapa bangga kedua orang tua mereka pastinya.
Pakaian Paskibraka merupakan daya tarik tersendiri. Setiap orang yang memakainya pasti tampak gagah, dan merasakan hal yang luar biasa. Setelan safari putih, syal merah putih, sarung tangan dan kaos kaki putih, sepatu hitam mengkilat, dan kopiah hitam yang dipasangai merah putih.
Berbicara soal mengibarkan Merah Putih, saya pun pernah. Tapi sebatas Pasukan Pengibar Bendera alias Paskibra, tanpa pusaka. Karena yang saya kibarkan adalah Merah Putih di sekolah saya, SMA 15 Jakarta Utara. Ya... saya merupakan salah satu anggota dari Pasmalbels alias Paskibra SMA 15. Pada masa itu saya pernah ikut dalam tim Paskibra yang bertugas di Kantor Walikota Jakarta Utara, namun bukan pada momen 17 Agustus. Saya bertugas sebagai Paskibra pada momen kemerdekaan, hanya sebatas di sekolah saja. Dan saya merupakan spesialisasi penarik atau penggerek bendera.
Setelah belasan tahun berlalu, saya bekerja di media televisi, dimana media televisi selalu menyiarkan secara langsung upacara dari Istana. Dan pada 2015 lalu saya kebagian tugas di Istana Merdeka, sebagai Ring Master tim live CNN Indonesia TV, Transmedia. Itu kali pertama saya bertugas dihari kemerdekaan di Istana Merdeka. Sebelum-sebelumnya saya ke Istana hanya untuk liputan kegiatan Presiden, yakni masa periode Presiden SBY periode pertama. Walau tugas di belakang layar, namun saya tetap bangga, karena kalo pun mau tugas di depan layar, wajah saya gak laku kayaknya hehehe... Saya memang lebih pas di belakang layar. Dan itulah yang saya geluti sampai saat ini.
Mungkin tidak terlalu banyak yang saya pernah lakukan langsung pada kegiatan yang terkait dengan kemerdekaan, namun sejatinya, apapun yang saya atau kita semua lakukan dalam mengisi kemerdekaan, itulah sebenarnya yang paling penting sebagai wujud menghargai perjuangan para pahlawan kita pada masa perang melawan penjajah.
Dirgahayu Negeriku... Dirgahayu Bangsaku... Dirgahayu Negaraku... Selamat Ulang Tahun Ke 72 Indonesia tercinta...
Salam
@daenkmar
Comments