![]() |
Saya dengan Latar Masjid Nurul Yaqin di Desa Leppangeng |
Tau Shalawat Tarhim?
Shalawat yang biasanya diperdengarkan sebelum adzan. Di Bandung ada beberapa masjid yang saya pernah dengar masih memperdengarkan shalawat ini, hingga sekarang.
Saat berkunjung ke kota-kota besar lainnya di Indonesia, seperti Padang, Medan, Palembang di Sumatera. Lalu Pontianak, Balikpapan di Kalimantan, Jogja dan kota-kota lainnya di Jawa, kota-kota lain di Indonesia Timur seperti Ternate, dan pastinya di kota-kota yang ada di Sulawasi Selatan, tak terkecuali Pinrang, masih banyak yang memutar shalawat ini sebelum memasuki waktu shalat.
Sekitar 10 kilometer arah utara kota Pinrang, adalah Leppangeng, sebuah desa yang tenang dan ramah, desa dimana saya berasal. Di desa inilah dulu semasa kecil kuping saya akrab dengan shalawat ini. Dari sebuah mushollah yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah. Mushollah Nurul Yaqin. Saat ini telah berubah menjadi masjid, setelah diperluas dan ditingkat menjadi dua lantai.
Masa itu, sepulang sekolah setelah dhuhur dan makan siang, kami akan lanjut mengaji di rumah guru mengaji kami. Setelahnya sekitar jam 4 sore barulah tiba waktu bermain. Permainan anak kampung. Paling keren adalah main petak umpet atau main maccangke (saya gak tau bahasa indonesianya apa hehe...). Atau kadang kami hanya jalan-jalan ke kebun mencari mangga atau jambu yang jatuh. Tak jarang juga kami main sampai ke sawah, bermain lumpur atau mengejar bebek-bebek di sawah.
Pada masa itu, jangankan handphone, jam tanganpun sudah merupakan barang mewah. Petunjuk waktu kami hanya matahari. Dan satu lagi adalah shalawat ini. Jika sayup-sayup terdengar dari kejauhan shalawat ini, itu artinya waktu maghrib sudah dekat. Waktunya kami pulang, mandi lalu ke mushollah atau masjid untuk shalat maghrib berjamaah.
Betapa saat mendengarkan shalawat ini, angan saya selalu terbang jauh ke masa lalu mengenang masa kecil, masa bahagia tanpa pikiran beban berat, dan masa dimana orang tua masih lengkap. Masa yang sulit tapi selalu saya kenang sebagai bekal hingga saat ini.
Waktu terus berjalan meninggalkan segala sesuatu di belakangnya, dan tidak pernah menunggu atau menunda. Dan ketika mendengarkan shalawat ini, saya seakan sedang berada dimasa-masa itu sambil mengingat segala kenangan yang tertinggal di masa lalu dan tak bisa ditarik ke masa sekarang. Betapa sebuah shalawat bagi Nabi Muhammad SAW, yang saat mendengarkannya membuat hati dan pikiran bercampur aduk.***
Ash-shalaatu was-salaamu ‘alaik
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu
Yaa imaamal mujaahidiin Yaa Rasuulallaah
Duhai pemimpin para pejuang, ya Rasulallah
Ash-shalaatu was-salaamu ‘alaik
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu
Yaa naashiral hudaa Yaa khaira khalqillaah
Duhai penuntun petunjuk Ilahi, duhai makhluk yang terbaik
Ash-shalaatu was-salaamu ‘alaik
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu
Yaa naashiral haqqi Yaa Rasuulallaah
Duhai penolong kebenaran, ya Rasulallah
Ash-shalaatu was-salaamu ‘alaik
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepadamu
Yaa man asraa bikal muhaiminu lailan
Wahai Yang Memperjalankanmu di malam hari
Nilta maa nilta wal-anaamu niyaamu
Dialah Yang Maha Melindungi, engkau memperoleh karunia sementara semua manusia tidur
Wa taqaddamta lish-shalaati fashallaa
Semua penghuni langit melakukan shalat di belakangmu
Kullu man fis-samaai wa antal imaamu
dan engkau menjadi imam mereka
Wa ilal muntahaa rufi’ta kariiman
dan diberangkatkan ke Sidratul Muntaha karena kemuliaanmu
Wa sami’ta nidaa-an ‘alaikas salaam
dan engkau mendengar suara ucapan salam atasmu
Yaa kariimal akhlaaq
Duhai yang paling mulia akhlaknya
Yaa Rasuulallaah
Ya Rasulullah
Shallallaahu ‘alaika
Semoga shalawat selalu tercurahkan padamu
Wa ‘alaa âlika wa ashhaabika ajma’iin
serta atas keluargamu dan sahabatmu
Comments